Sabtu, 15 Januari 2011

Al-Ghazaly ModernSyekh Nawawi Al-Bantani

Nama Syekh Nawawi Bantensudah tidak asing lagi bagiumat Islam Indonesia. Bahkansering terdengar disamakankebesarannya dengan tokohulama klasik madzhab Syafi ’iImam Nawawi (w.676 H/l277M). Melalui karya-karyanyayang tersebar di pesantren-pesantren tradisional yangsampai sekarang masihbanyak dikaji, nama Kiai asalBanten ini seakan masih hidupdan terus menyertai umatmemberikan wejangan ajaranIslam yang menyejukkan. Disetiap majlis ta ’lim karyanyaselalu dijadikan rujukan utamadalam berbagai ilmu; dariilmu tauhid, fiqh, tasawufsampai tafsir. Karya-karyanyasangat berjasa dalammengarahkan mainstrimkeilmuan yang dikembangkandi lembaga-Iembagapesantren yang berada dibawah naungan NU.Di kalangan komunitaspesantren Syekh Nawawi tidakhanya dikenal sebagai ulamapenulis kitab, tapi juga iaadalah mahaguru sejati (thegreat scholar). Nawawi telahbanyak berjasa meletakkanlandasan teologis danbatasan-batasan etis tradisikeilmuan di lembagapendidikan pesantren. Ia turutbanyak membentukkeintelektualan tokoh-tokohpara pendiri pesantren yangsekaligus juga banyak menjaditokoh pendiri organisasiNahdlatul Ulama (NU).Apabila KH. Hasyim Asyarisering disebut sebagai tokohyang tidak bisa dilepaskandari sejarah berdirinya NU,maka Syekh Nawawi adalahguru utamanya. Di sela-selapengajian kitab-kitab karyagurunya ini, seringkali KH.Hasyim Asyari bernostalgiabercerita tentang kehidupanSyekh Nawawi, kadangmengenangnya sampaimeneteskan air mata karenabesarnya kecintaan beliauterhadap Syekh Nawawi.Mengungkap jaringanintelektual para ulamaIndonesia sebelum organisasiNU berdiri merupakan kajianyang terlupakan dariperhatian para pemerhati NU.Terlebih lagi bila ditariksampai keterkaitannya dengankeberhasilan ulama-ulamatradisional dalam karirkeilmuannya di Mekkah danMadinah. Salah satu faktorminimnya kajian di seputar iniadalah diakibatkan daripersepsi pemahaman sebagianmasyarakat yang sederhanaterhadap NU. NU dipahamisebagai organisasi keagamaanyang seolah-olah hanyabergerak dalam sosial politikdengan sejumlah langkah-langkah perjalanan politikpraktisnya, dan bukan sebagaiorganisasi intelektualkeagamaan yang bergerakdalam keilmuan danmencetak para ulama.Sehingga orang merasa herandan terkagum-kagum ketikamenyaksikan belakangan inibanyak anak muda NUmengusung gerakanpemikiran yang sangat maju,berani dan progressif. Merekatidak menyadari kalau ditubuh NU juga memiliki akartradisi intelektual keilmuanyang mapan dan tipikal.Dengan begitu NU berdiriuntuk menyelamatkan tradisikeilmuan Islam yang hampirtercerabut dari akar keilmuanulama salaf. Figur ulamaseperti Syekh Nawawi Bantenmerupakan sosok ulamaberpengaruh yang tipikal darimodel pemikiran demikian.Ia memegang teguhmempertahankan traidisikeilmuan klasik, suatu tradisikeilmuan yang tidak bisadilepaskan darikesinambungan secaraevolutif dalam pembentukkankeilmuan agama Islam.Besarnya pengaruh polapemahaman dan pemikiranSyekh Nawawi Bantenterhadap para tokoh ulama diIndonesia, Nawawi dapatdikatakan sebagai poros dari.akar tradisi keilmuanpesantren dan NU. Untuk itumenarik jika di sini diuraikansosok sang kiai ini dengansejumlah pemikiran mendasaryang kelak akan banyakmenjadi karakteristik polapemikiran dan perjuanganpara muridnya di pesantren-pesantren.Hidup Syekh NawawiSyekh Nawawi Bantenmemiliki nama lengkap AbuAbd al-Mu ’ti Muhammad ibnUmar al- Tanara al-Jawi al-Bantani. Ia lebih dikenaldengan sebutan MuhammadNawawi al-Jawi al-Bantani.Dilahirkan di KampungTanara, Serang, Banten padatahun 1815 M/1230 H. Padatanggal 25 Syawal 1314 H/1897M. Nawawi menghembuskannafasnya yang terakhir di usia84 tahun. Ia dimakamkan diMa ’la dekat makam SitiKhadijah, Ummul Mukmininistri Nabi. Sebagai tokohkebanggaan umat Islam diJawa khususnya di Banten,Umat Islam di desa Tanara,Tirtayasa Banten setiap tahundi hari Jum’at terakhir bulanSyawwal selalu diadakanacara khol untukmemperingati jejakpeninggalan Syekh NawawiBanten.Ayahnya bernama Kiai Umar,seorang pejabat penghuluyang memimpin Masjid. Darisilsilahnya, Nawawimerupakan keturunankesultanan yang ke-12 dariMaulana Syarif Hidayatullah(Sunan Gunung Jati, Cirebon),yaitu keturunan dari putraMaulana Hasanuddin (SultanBanten I) yang bemamaSunyararas (Tajul ‘Arsy).Nasabnya bersambung denganNabi Muhammad melaluiImam Ja ’far As- Shodiq, ImamMuhammad al Baqir, Imam AliZainal Abidin, SayyidinaHusen, Fatimah al-Zahra.Pada usia 15 tahun, iamendapat kesempatan untukpergi ke Mekkah menunaikanibadah haji. Di sana iamemanfaatkannya untukbelajar ilmu kalam, bahasadan sastra Arab, ilmu hadis,tafsir dan terutama ilmu fiqh.Setelah tiga tahun belajar diMekkah ia kembali kedaerahnya tahun 1833 dengankhazanah ilmu keagamaanyang relatif cukup lengkapuntuk membantu ayahnyamengajar para santri. Nawawiyang sejak kecil telahmenunjukkan kecerdasannyalangsung mendapat simpatidari masyarakatKedatangannya membuatpesantren yang dibinaayahnya membludak didatangioleh santri yang datang dariberbagai pelosok. Namunhanya beberapa tahunkemudian ia memutuskanberangkat lagi ke Mekkahsesuai dengan impiannyauntuk mukim dan menetap disana.Di Mekkah ia melanjutkanbelajar ke guru-gurunya yangterkenal, pertama kali iamengikuti bimbingan dariSyeikh Khatib Sambas(Penyatu Thariqat Qodiriyah-Naqsyabandiyah di Indonesia)dan Syekh Abdul Gani Duma,ulama asal Indonesia yangbermukim di sana. Setelah itubelajar pada Sayid AhmadDimyati, Ahmad Zaini Dahlanyang keduanya di Mekkah.Sedang di Madinah, ia belajarpada Muhammad Khatib al-Hanbali. Kemudian iamelanjutkan pelajarannyapada ulama-ulama besar diMesir dan Syam (Syiria).Menurut penuturan AbdulJabbar bahwa Nawawi jugapemah melakukan perjalananmenuntut ilmunya ke Mesir.Guru sejatinya pun berasaldari Mesir seperti Syekh YusufSumbulawini dan SyekhAhmad Nahrawi.Setelah ia memutuskan untukmemilih hidup di Mekkah danmeninggalkan kampunghalamannya ia menimba ilmulebih dalam lagi di Mekkahselama 30 tahun. Kemudianpada tahun 1860 Nawawimulai mengajar di lingkunganMasjid al-Haram. Prestasimengajarnya cukupmemuaskan karena dengankedalaman pengetahuanagamanya, ia tercatat sebagaiSyekh di sana. Pada tahun1870 kesibukannya bertambahkarena ia harus banyakmenulis kitab. Inisiatif menulisbanyak datang dari desakansebagian koleganya yangmeminta untuk menuliskanbeberapa kitab. Kebanyakanpermintaan itu datang darisahabatnya yang berasal dariJawi, karena dibutuhkan untukdibacakan kembali di daerahasalnya. Desakan itu dapatterlihat dalam setiap karyanyayang sering ditulis ataspermohonan sahabatnya.Kitab-kitab yang ditulisnyasebagian besar adalah kitab-kitab komentar (Syarh) darikarya-karya ulamasebelumnya yang populer dandianggap sulit dipahami.Alasan menulis Syarh selainkarena permintaan orang lain,Nawawi juga berkeinginanuntuk melestarikan karyapendahulunya yang seringmengalami perubahan (ta ’rif)dan pengurangan.Dalam menyusun karyanyaNawawi selalu berkonsultasidengan ulama-ulama besarlainnya, sebelum naik cetaknaskahnya terlebih dahuludibaca oleh mereka. Dilihatdari berbagai tempat kotapenerbitan dan seringnyamengalami cetak ulangsebagaimana terlihat di atasmaka dapat dipastikan bahwakarya tulisnya cepat tersiar keberbagai penjuru dunia sampaike daerah Mesir dan Syiria.Karena karyanya yangtersebar luas denganmenggunakan bahasa yangmudah dipahami dan padatisinya ini nama Nawawibahkan termasuk dalamkategori salah satu ulamabesar di abad ke 14 H/19 M.Karena kemasyhurannya iamendapat gelar: A ‘yan‘Ulama’ al-Qarn aI-Ra M’‘Asyar Li al-Hijrah,. AI-Imamal-Mul1aqqiq wa al-Fahhamahal-Mudaqqiq, dan Sayyid‘ Ulama al-Hijaz.Kesibukannya dalam menulismembuat Nawawi kesulitandalam mengorganisir waktusehingga tidak jarang untukmengajar para pemula iasering mendelegasikan siswa-siswa seniornya untukmembantunya. Cara ini kelakditiru sebagai metodepembelajaran di beberapapesantren di pulau Jawa. Disana santri pemula dianjurkanharus menguasai beberapailmu dasar terlebih dahulusebelum belajar langsungpada kiai agar prosespembelajaran dengan kiaitidak mengalami kesulitan.Bidang TeologiKarya-karya besar Nawawiyang gagasan pemikiranpembaharuannya berangkatdari Mesir, sesungguhnyaterbagi dalam tujuhkategorisasi bidang; yaknibidang tafsir, tauhid, fiqh,tasawuf, sejarah nabi, bahasadan retorika. Hampir semuabidang ditulis dalam beberapakitab kecuali bidang tafsiryang ditulisnya hanya satukitab. Dari banyaknya karyayang ditulisnya ini dapatjadikan bukti bahwa memangSyeikh Nawawi adalahseorang penulis produktifmultidisiplin, beliau banyakmengetahui semua bidangkeilmuan Islam. Luasnyawawasan pengetahuanNawawi yang tersebarmembuat kesulitan bagipengamat untuk menjelajahseluruh pemikirannya secarakonprehenshif-utuh.Dalam beberapa tulisannyaseringkali Nawawi mengakudirinya sebagai penganutteologi Asy ’ari (al-Asyari al-I’tiqodiy). Karya-karyanyayang banyak dikaji diIndonesia di bidang inidianranya Fath ai-Majid, Tijanal-Durari, Nur al Dzulam, al-Futuhat al-Madaniyah, al-Tsumar al-Yaniah, Bahjat al-Wasail, Kasyifat as-Suja danMirqat al-Su ’ud.Sejalan dengan prinsip polafikir yang dibangunnya, dalambidang teologi Nawawimengikuti aliran teologi ImamAbu Hasan al-Asyari dan ImamAbu Manshur al-Maturidi.Sebagai penganut AsyariyahSyekh Nawawi banyakmemperkenalkan konsep sifa-sifat Allah. Seorang muslimharus mempercayai bahwaAllah memiliki sifat yangdapat diketahui dariperbuatannya (His Act),karena sifat Allah adalahperbuatanNya. Dia membagisifat Allah dalam tiga bagian :wajib, mustahil dan mumkin.Sifat Wajib adalah sifat yangpasti melekat pada Allah danmustahil tidak adanya, danmustahil adalah sifat yangpasti tidak melekat pada Allahdan wajib tidak adanya,sementara mumkin adalahsifat yang boleh ada dan tidakada pada Allah. MeskipunNawawi bukan orang pertamayang membahas konsepsifatiyah Allah, namun dalamkonteks Indonesia Nawawidinilai orang yang berhasilmemperkenalkan teologiAsyari sebagai sistem teologiyang kuat di negeri ini.Kemudian mengenai dalilnaqliy dan ‘aqliy, menurutnyaharus digunakan bersama-sama, tetapi terkadang bilaterjadi pertentangan di antarakeduanya maka naql harusdidahulukan. Kewajibanseseorang untuk meyakinisegala hal yang terkaitdengan keimanan terhadapkeberadaan Allah hanya dapatdiketahui oleh naql, bukandari aql. Bahkan tiga sifat diatas pun diperkenalkankepada Nabi. Dan setiapmukallaf diwajibkan untukmenyimpan rapihpemahamannya dalam benakakal pikirannya.Tema yang perlu diketahui disini adalah tentangKemahakuasaan Allah(Absolutenes of God).Sebagaimana teolog Asy ’arylainnya, Nawawimenempatkan dirinya sebagaipenganut aliran yang beradadi tengah-tengah antara duaaliran teologi ekstrim:Qadariyah dan Jabbariyah,sebagaimana dianut olehahlussunnah wal-Jama ’ah. Diamengakui KemahakuasaanTuhan tetapi konsepnya initidak sampai pada konsepjabariyah yang meyakinibahwa sebenamya semuaperbuatan manusia itudinisbatkan pada Allah dantidak disandarkan pada dayamanusia, manusia tidakmemiliki kekuatan apa-apa.Untuk hal ini dalam konteksIndonesia sebenamya Nawawitelah berhasil membangkitkandan menyegarkan kembaliajaran Agama dalam bidangteologi dan berhasilmengeliminir kecenderunganmeluasnya konsepabsolutisme Jabbariyah diIndonesia dengan konseptawakkal bi Allah.Sayangnya sebagian sejarawanmodem terlanjur menudingteologi Asyariyah sebagaisistem teologi yang tidakdapat menggugah perlawanankolonialisme. Padahalfenomena kolonialisme padawaktu itu telah melandaseluruh daerah Islam dantidak ada satu kekuatanteologi pun yang dapatmelawannya, bahkan daerahyang bukan Asyariyah punturut terkena. Dalam konteksIslam Jawa teologi Asyariyahdalam kadar tertentusebenamya telah dapatmenumbuhkan sikapmerdekanya dari kekuatanlain setelah tawakkal kepadaAllah. Melalui konseppenyerahan diri kepada Allahumat Islam disadarkan bahwatidak ada kekuatan lainkecuali Allah. Kekuatan Allahtidak terkalahkan olehkekuatan kolonialis. Di sinilahletak peranan Nawawi dalampensosialisasian teologiAsyariyahnya yang terbuktidapat menggugah paramuridnya di Mekkahberkumpul dalam “koloniJawa”.Dalam beberapakesempatan Nawawi seringmemprovokasi bahwa bekerjasama dengan kolonial Belanda(non muslim) haramhukumnya. Dan seringkalikumpulan semacam ini selaludicurigai oleh kolonialBelanda karena memilikipotensi melakukanperlawanan pada mereka.Sementara di bidang fikihtidak berlebihan jika SyeikhNawawi dikatakan sebagai“ obor” mazhab imam Syafi’iuntuk konteks Indonesia.Melalui karya-karya fiqhnyaseperti Syarh Safinat a/-Naja,Syarh Sullam a/-Taufiq,Nihayat a/-Zain fi Irsyad a/-Mubtadi ’in dan Tasyrih a/aFathul Qarib,sehingga KH.Nawawi berhasilmemperkenalkan madzhabSyafi ’i secara sempurna Dan,atas dedikasi KH. Nawawiyang mencurahkan hidupnyahanya untuk mengajar danmenulis mendapat apresiasiluas dari berbagai kalangan.Hasil tulisannya yang sudahtersebar luas setelahditerbitkan di berbagai daerahmemberi kesan tersendiri bagipara pembacanya. Pada tahun1870 para ulama UniversitasalAzhar Mesir pemahmengundangnya untukmemberikan kuliah singkat disuatu forum diskusi ilmiyah.Mereka tertarik untukmengundangnya karena namaKH. Nawawi sudah dikenalmelalui karya-karyanya yangtelah banyak tersebar diMesir.Sufi BrilianSejauh itu dalam bidangtasawuf, Nawawi denganaktivitas intelektualnyamencerminkan iabersemangat menghidupkandisiplin ilmu-ilmu agama.Dalam bidang ini ia memilikikonsep yang identik dengantasawuf ortodok. Darikaryanya saja Nawawimenunjukkan seorang sufibrilian, ia banyak memilikitulisan di bidang tasawuf yangdapat dijadikan sebagairujukan standar bagi seorangsufi. Brockleman, seorangpenulis dari Belanda mencatatada 3 karya Nawawi yangdapat merepresentasikanpandangan tasawufnya : yaituMisbah al-Zulam, Qami ’ al-Thugyan dan Salalim alFudala. Di sana Nawawibanyak sekali merujuk kitabIhya ‘Ulumuddin alGazali.Bahkan kitab ini merupakanrujukan penting bagi setiaptarekat.Pandangan tasawufnya meskitidak tergantung padagurunya Syekh Khatib Sambas,seorang ulama tasawuf asalJawi yang memimpin sebuahorganisasi tarekat, bahkantidak ikut menjadi anggotatarekat, namun ia memilikipandangan bahwa keterkaitanantara praktek tarekat,syariat dan hakikat sangaterat. Untuk memahami lebihmudah dari keterkaitan iniNawawi mengibaratkansyariat dengan sebuah kapal,tarekat dengan lautnya danhakekat merupakan intandalam lautan yang dapatdiperoleh dengan kapalberlayar di laut. Dalam prosespengamalannya Syariat(hukum) dan tarekatmerupakan awal dariperjalanan (ibtida ’i) seorangsufi, sementara hakikatadalah basil dari syariat dantarikat. Pandangan inimengindikasikan bahwa SyekhNawawi tidak menolakpraktek-praktek tarekatselama tarekat tersebut tidakmengajarkan hal-hat yangbertentangan dengan ajaranIslam, syariat.Paparan konsep tasawufnyaini tampak pada konsistensidengan pijakannya terhadappengalaman spiritualitasulama salaf. Tema-temanyang digunakan tidak jauh darirumusan ulama tasawufklasik. Model paparan tasawufinilah yang membuat Nawawiharus dibedakan dengan tokohsufi Indonesia lainnya. ladapat dimakzulkan(dibedakan) dari karakteristiktipologi tasawuf Indonesia,seperti Hamzah Fansuri,Nuruddin al-Raniri, AbdurraufSinkel dan sebagainya.Tidak seperti sufi Indonesialainnya yang lebih banyakporsinya dalam menyadurteori-teori genostik Ibnu Arabi,Nawawi justru menampilkantasawuf yang moderat antarahakikat dan syariat. Dalamformulasi pandangantasawufnya tampak terlihatupaya perpaduan antara fiqhdan tasawuf. Ia lebih Gazalian(mengikuti Al-Ghazali) dalamhal ini.Dalam kitab tasawufnyaSalalim al-Fudlala, terlihatNawawi bagai seorang sosokal-Gazali di era modern. Ialihai dalam menguraikebekuan dikotomi fiqh dantasawuf. Sebagai contoh dapatdilihat dari pandangannyatentang ilmu alam lahir danilmu alam batin. Ilmu lahiriyahdapat diperoleh denganproses ta ’al/um (berguru) dantadarrus (belajar) sehinggamencapai derajat ‘alimsedangkan ilmu batin dapatdiperoleh melului prosesdzikr, muraqabah danmusyahadah sehinggamencapai derajat ‘Arif.Seorang Abid diharapkan tidakhanya menjadi alim yangbanyak mengetahui ilmu-ilmulahir saja tetapi juga harusarif, memahami rahasiaspiritual ilmu batin.Bagi Nawawi Tasawuf berartipembinaan etika (Adab).Penguasaan ilmu lahiriahsemata tanpa penguasaanilmu batin akan berakibatterjerumus dalam kefasikan,sebaliknya seseorangberusaha menguasai ilmubatin semata tanpa dibarengiilmu lahir akan tejerumus kedalam zindiq. Jadi keduanyatidak dapat dipisahkan dalamupaya pembinaan etika ataumoral (Adab).Selain itu ciri yang menonjoldari sikap kesufian Nawawiadalah sikap moderatnya.Sikap moderat ini terlihatketika ia diminta fatwanyaoleh Sayyid Ustman bin Yahya,orang Arab yang menentangpraktek tarekat di Indonesia,tentang tasawuf dan praktektarekat yang disebutnyadengan “sistem yangdurhaka”. Permintaan SayyidUstman ini bertujuan untukmencari sokongan dariNawawi dalam mengecampraktek tarekat yang dinilaioleh pemerintah Belandasebagai penggerakpemberontakan Banten 1888.Namun secara hati-hatiNawawi menjawab dengan.bahasa yang manis tanpamenyinggung perasaan SayyidUstman. Sebab Nawawi tahubahwa di satu sisi iamemahami kecenderunganmasyarakat Jawi yang senangakan dunia spiritual di sisi lainia tidak mau terlibat langsungdalam persoalan politik.Setelah karyanya banyakmasuk di Indonesia wacanakeIslaman yang dikembangkandi pesantren mulaiberkembang.. Misalkan dalamlaporan penelitian VanBrunessen dikatakan bahwasejak tahun 1888 M, bertahapkurikulum pesantren mulaiacta perubahan mencolok.Bila sebelumnya seperti dalamcatatan VanDen Bergdikatakatan tidak ditemukansumber referensi di bidangTafsir, Ushl al-Fiqh dan Hadits,sejak saat itu bidang keilmuanyang bersifat epistemologistersebut mulai dikaji.Menurutnya perubahan tigabidang di atas tidak terlepasdari jasa tiga orang alimIndonesia yang sangatberpengaruh: Syekh NawawiBanten sendiri yang telahberjasa dalammenyemarakkan bidang tafsir,Syekh Ahmad Khatib (w. 1915)yang telah berjasamengembangkan bidang UshulFiqh dengan kitabnya al-Nafahat ‘Ala Syarh al-Waraqat, dan Kiai MahfuzTermas (1919 M) yang telahberjasa dalam bidang IlmuHadis.Sebenarnya karya-karyaNawawi tidak hanya banyakdikaji dan dipelajari di seluruhpesantren di Indonesia tetapibahkan di seluruh wilayahAsia Tenggara. Tulisan-tulisanNawawi dikaji di lembaga-Iembaga pondok tradisional diMalaysia, Filipina danThailand. Karya Nawawidiajarkan di sekolah-sekolahagama di Mindanao (FilipinaSelatan), dan Thailand.Menurut Ray Salam T.Mangondanan, peneliti diInstitut Studi Islam, Universityof Philippines, pada sekitar 40sekolah agama di FilipinaSelatan yang masihmenggunakan kurikulumtradisional. Selain itu SulaimanYasin, seorang dpsen diFakultas Studi Islam,Universitas Kebangsaan diMalaysia, mengajar karya-karya Nawawi sejak periode1950-1958 di Johor dan dibeberapa sekolah agama diMalaysia. Di kawasanIndonesia menurut Martin VanBruinessen yang sudahmeneliti kurikulum kitab-kitabrujukan di 46 PondokPesantren Klasik 42 yangtersebar di Indonesiamencatat bahwa karya-karyaNawawi memangmendominasi kurikulumPesantren. Sampai saat iamelakukan penelitian padatahun 1990 diperkirakan pada22 judul tulisan Nawawi yangmasih dipelajari di sana. Dari100 karya populer yangdijadikan contoh penelitiannyayang banyak dikaji dipesantren-pesantren terdapat11 judul populer di antaranyaadalah karya Nawawi.Penyebaran karya Nawawitidak lepas dari peran murid-muridnya. Di Indonesia murid-murid Nawawi termasuktokoh-tokoh nasional Islamyang cukup banyak berperanselain dalam pendidikan Islamjuga dalam perjuangannasional. Di antaranyaadalah : KH. Hasyim Asyaridari Tebuireng Jombang, JawaTimur. (Pendiri organisasiNahdlatul Ulama ), KH. Kholildari Bangkalan, Madura, JawaTimur, KH. Asyari dariBawean, yang menikahdengan putri KH. Nawawi, NyiMaryam, KH. Najihun dariKampung Gunung, Mauk,Tangerang yang menikahicucu perempuan KH. Nawawi,Nyi Salmah bint Rukayah bintNawawi, KH. TubagusMuhammad Asnawi, dariCaringin Labuan, PandeglangBanten, KH. Ilyas dariKampung Teras, TanjungKragilan, Serang , Banten, KH.Abd Gaffar dari KampungLampung, Kec. Tirtayasa,Serang Banten, KH. TubagusBakri dari Sempur,Purwakarta. Penyebarankaryanya di sejumlahpesantren yang tersebar diseluruh wilayah nusantara inimemperkokoh pengaruhajaran Nawawi.Penelitian Zamakhsyari Dhofirmencatat pesantren diIndonesia dapat dikatakanmemiliki rangkaian geneologiyang sama. Polarisasipemikiran modernis dantradisionalis yang berkembangdi Haramain seiring denganmunculnya gerakanpembaharuan Afghani danAbduh, turut mempereratsoliditas ulama tradisional diIndonesia yang sebagaianbesar adalah sarjana-sarjanatamatan Mekkah danMadinah. Bila ditarik simpulpengikat di sejumlahpesantren yang ada makasemuanya dapat diuraiperanan kuatnya dari jasaenam tokoh ternama yangsangat menentukan wamajaringan intelektualpesantren. Mereka adalahSyekh Ahmad Khatib Syambas,Syekh K.H. Nawawi Banten.,Syekh K.H. Mahfuz Termas,Syekh K.H. Abdul Karim, K.H.Kholil Bangkalan Madura, danSyekh K.H. Hasyim Asy ’ari.Tiga tokoh yang pertamamerupakan guru dari tigatokoh terakhir.Mereka berjasa dalammenyebarkan ide-idepemikiran gurunya. Karya-karya Nawawi yang tersebardi beberapa pesantren, tidaklepas dari jasa mereka. K.H.Hasyim Asya’ari, salahseorang murid Nawawiterkenal asal Jombang, sangatbesar kontribusinya dalammemperkenalkan kitab-kitabNawawi di pesantren-pesantren di Jawa. Dalammerespon gerakan reformasiuntuk kembali kepada al-Qur ’an di setiap pemikiranIslam, misalkan, K.H. HasyimAsya ’ari lebih cenderunguntuk memilih pola penafsiranMarah Labid karya Nawawiyang tidak sarna sekalimeninggalkan karya ulamaSalaf. Meskipun ia senangmembaca Kitab tafsir a/-Manar karya seorang reformisasal Mesir, MuhammadAbduh, tetapi karena menurutpenilaiannya Abduh terlalusinis mencela ulama klasik iatidak mall mengajarkannyapada santri dan ia lebihsenang memilih kitab gurunya.Dua tokoh murid Nawawilainnya berjasa di daerahasalnya. Syekh K.H. KholilBangkalan denganpesantrennya di Madura tidakbisa dianggap kecil perannyadalam penyebaran karyaNawawi. Begitu juga denganSyekh Abdul Karim yangberperan di Banten denganPesantrennya, dia terkenaldengan nama Kiai Ageng.Melalui tarekat Qadiriyah wanNaqsyabandiyah Ki Agengmenjadi tokoh sentral dibidang tasawuf di daerah JawaBarat.Kemudian ciri geneologipesantren yang satu sarna lainterkait juga turutmempercepat penyebarankarya-karya Nawawi, sehinggabanyak dijadikan referensiutama. Bahkan untuk kitabtafsir karya Nawawi telahdijadikan sebagai kitab tafsirkedua atau ditempatkansebagai tingkat mutawassith(tengah) di dunia Pesantrensetelah tafsir Jalalain. PerananKiai para pemimpin pondokpesantren dalammemperkenalkan karyaNawawi sangat besar sekali.Mereka di berbagai pesantrenmerupakan ujung tombakdalam transmisi keilmuantradisional Islam. Para kiaididikan K.H Hasyim Asyarimemiliki semangat tersendiridalam mengajarkan karya-karya Nawawi sehinggamemperkuat pengaruhpemikiran Nawawi.Dalam bidang tasawuf sajakita bisa menyaksikan betapaia banyak mempengaruhiwacana penafsiran sufistik diIndonesia. Pesantren yangmenjadi wahana penyebaranide penafsiran Nawawimemang selain mejadibenteng penyebaran ajarantasawuf dan tempatpengajaran kitab kuning jugamerupakan wahana sintesisdari dua pergulatan antaratarekat heterodoks versustarekat ortodoks di satu sisidan pergulatan antaragerakan fiqh versus gerakantasawuf di sisi lain. Karya-karnya di bidang tasawufcukup mempunyai konstribusidalam melerai dua arustasawuf dan fiqh tersebut.Dalam hal ini Nawawi, ibaratalGazali, telah mendamaikandua kecenderungan ekstrimantara tasawuf yang menitikberatkan emosi di satu sisi danfiqh yang cenderungrasionalistik di sisi lain.Sejak abad ke-20 pesantrenmemiliki fungsi strategis.Gerakan intelektual darigenerasi pelanjut K.H. Nawawiini lambat laun bergesermasuk dalam wilayah politik.Ketika kemelut politik didaerah Jazirah Arab meletusyang berujung padapenaklukan Haramain olehpenguasa Ibn Saud yangberaliran Wahabi, para ulamapesantren membentuk sebuahkomite yang disebut dengan“ komite Hijaz” yang terdiridari 11 ulama pesantren.Dengan dimotori oleh K.H.Wahab Hasbullah dariJombang Jatim, seorang kiaiproduk perguruan Haramain,komite ini bertugasmelakukan negosiasi denganraja Saudi yang akanmemberlakukan kebijakanpenghancuran makam-makamdan peninggalan-peninggalanbersejarah dan usaha ituberhasil. Dan, dalamperkembangannya komite inikemudian berlanjut mengikutiisu-isu politik di dalam negeri.Untuk masuk dalam wilayahpolitik praktis secara intensorganisasi ini kemudianmengalami perubahan namadari Nahdlatul Wathan (NW)sampai jadi Nahdlatul Ulama(NU).Dengan demikian dapatditegaskan bahwa KH.Nawawimerupakan sosok ulama yangmenjadi “akar tunjang” dalamtradisi keintelektualan NU.Sebab karakteristik polapemikirannya merupakanrepresentasi kecenderunganpemikiran tradisional yangkuat di tengah-tengahgelombang gerakan purifikasidan pembaharuan. KehadiranNU adalah untukmembentengi tradisi ini dariancaman penggusuranintelektual yangmengatasnamakan tajdidterhadap khasanah klasik.Karenanya formulasi manhaja/-Fikr tawaran KH. Nawawibanyak dielaborasi (diuraikankembali) oleh para ulama NUsebagai garis perjuangannyayang sejak tahun 1926dituangkan dalam setiapkonferensinya. Bahkan tidakberlebihan bila disebutberdirinya NU merupakantindak lanjut institusionalisasidari arus pemikiranKH.Nawawi Banten.— (ooo)—



JADI YANG PERTAMA COMMENT


Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui" Surah : Al-Baqarah 2:22