Kamis, 13 Januari 2011

AMALAN HATI

Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Dalam kesempatan ini kita akan mencoba membahas tentang "Amalan Hati", tentunya sudah banyak pembahasan-pembahasan yang berkisar tentang hati dan pembahasan dalam berbagai jenis hati. Kalau kita bicara masalah amalan hati, kita akan mengetahui bahwa amalan pada diri manusia ada dua unsur: amalan dhahir (raga) dan amalan bathin (hati).
Kita sering membahas amalan dhahir dalam segala seginya, misalnya gerakan dan bacaan salat, haji, puasa dll. Dalam kesempatan yang baik ini kita akan mencoba mengarungi dan menjajaki sejauh mana amalan hati dan juga sejauh mana hati kita dalam aktifitasnya. Kita sering menyatakan kata sibuk. Jika seorang bertanya pada kita apakah pada jam sekian atau hari sekian kamu ada waktu, maka kita sering mengaatakan kalau kita sedang ada kegiatan atau acara: hal itu kita katakan sibuk. Sibuk dalam kegiatan di sini yang sering kita gambarkan adalah aktifitas raga kita, padahal kalau kita amati dan resapi serta renungkan hati kita lebih sibuk dari apa yang ada pada raga kita.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Bagi kita yang ingin memperdalam tentang masalah ini ada baiknya membaca kitab Ighatsatullahfan Ibnu Qoyyim atau ringkasanya Mawaridulamaan al-Muntaqo min Ighatsatulahfaan oleh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al-Halliby. Dalam kitab ringkasannya kita akan mendapatkan apa yang dibahasa oleh Ibnu Qoyyim dengan lebih sederhana dan mengena untuk mereka yang ingin mengenal hatinya, dengan harapan Allah menghidupkan hati kita, karena hati yang hidup adalah kekayaan yang sangat berharga, dan sebaliknya hati yang mati adalah kerugian yang tiada taranya dan akan menyusahkan si empunya hati di dunia dan di akhirat.
Seorang syaikh menyatakan dalam suatu ceramahnya, "Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad saw untuk menghidupkan hati manusia, sebagaimana menurunkan hujan untuk menghidupkan dan menyirami bumi. Allah menurunkan hujan atau gerimis atau hujan lebat dan lain-lain agar bumi ini tidak kering, tetapi hidup dan subur serta bermanfaat. Demikian juga Allah menurunkan Alquran di dalamnya ada ayat-ayat muhkamat, ayat-ayat mutasyabihat, kisah tauladan, pengajaran, dan lain-lain untuk menyuburkan hati manusia di muka bumi ini. Alquran sebagai petunjuk jalan hidup, sebagai obat, sebagai rahmat, sebagai penyembuh, sebagai pengingat, sebagai senjata, untuk manusia ini.
Alquran untuk menghidupkan hati manusia dan juga sebagai petunjuk untuk mereka yang mau bertaqwa kepada Allah, "Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (2: 2). Alquran sebagai pengobat hati manusia (10: 57). "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." Alquran sebagai obat dan rahmat bagi manusia yang mau beriman dan mengamalkannya (17: 82): artinya, "Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian. "Bagaimana kita menempatkan hati kita dalam segala kondisi dan keadaan dan selalu dalam bimbingan quran, baik dalam kedaan senang dan bahagia, susah dan sengsara, bahaya, atau dalam keadaan apa saja yang mungkin ada pada kita.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Dalam berbagai kitab yang ada, kita akan menjumpai tulisan-tulisan para ulama yang begitu dalam membahas tentang hati, kitab yang telah disebutkan di atas, juga kitab Minhajul Qoasidiin Ibnu Qudamah, mengungkapkan bahwa hati ibarat benteng kekuatan suatu pasukan yang sedang bertempur. Dalam benteng tersimpan kekuatan persenjataan dan ada pintu-pintunya. Panca indra adalah pintu yang selalu menjadi sasaran musuh, dan zikrullah merupakan tentara yang akan menjaga dan melawan itu semua.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Sesungguhnya kesibukan hati tidak kalah sibuknya dengan raga kita. Setiap amal yang kita lakukan pasti telah didahului oleh suatu niat-nitat: apakah niatnya itu baik atau tidak baik, ikhlas atau tidak ikhlas dan seterusnya.
Rasulullah saw telah bersabda yang artinya, "Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya, tidak lain dan tidak bukan itulah yang dikatakan hati.." (HR Bukhari Muslim).
Dalam Riyadush-Shalihin,kalau kita perhatiakan, pada bab-bab awal terdapat kajian keutamaan-keutamaan amalan-amalan manusia: bab Ikhlash, Taubat, Shabr, ash-Shidqu, al-Muraqabah, at-Taqwa, al-Yaqin wa Tawakkal, al-Istiqomah, dll, itu semua tidak lepas dari amalan hati. Seperti ikhlash dalam arti luas.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Al-Bayyinah: 5).
Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Dari sini kita mendapat gambaran bahwasanya hati kita lebih sibuk daripada raga kita. Meskipun seseorang sedang diam, namun hatinya dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya; jasadnya mungkin sedang duduk termenung, namun hatinya bisa jadi sedang dendam membara, atau hasad dengan seseorang atau bergelora dengan cinta atau apa saja. Maka, seandainya amalan hati yang berkaitan dengan raga ini Allah nilai sebagai amalan, maka hampir tidak ada manusia yang selamat. Kekawatiran ini sebagai mana digambarkan dalam tafsir ibnu katsir dalam turunya ayat:
"Kepunyaan Allahlah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al-Baqarah: 284).
Akan tetapi, Allah Maha Bijaksana, niat jahat jika tak dikerjakan maka hal itu tidak dianggap kejahatan.
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah memberi keampunan dan tidak menghitung segala pembicaraan hati umatku selagi mereka tidak memperkatakannya atau melakukannya."
Dari sini jelas bahwa apa yang disibukkan hati kadang tidak dinilai atau tidak dihitung apabila hal itu suatu kejahatan yang tidak dilaksanakan. Allah Maha Agung, Maha Adil, dan Maha Bijaksana terhadap hamba-Nya. Dan sebaliknya, apa yang diniatkan hati suatu kebaikan akan dinilai Allah.
Betapa indah dan agungnya ajaran Islam, kalau kita mau perhatikan dan mau mendalaminya serta merenungkannnya, sebagaimana gambaran dalam suatu hadis Nabi saw diiriwayatkan dari Abu Hurairah ra katanya: Rasulullah saw bersabda, "Allah SWT berfirman kepada Malaikat pencatat amalan: Apabila hamba-Ku berniat ingin melakukan kejahatan, maka jangan lagi kamu menulisnya sebagai amalan kejahatan. Apabila dia melakukannya barulah kamu menulisnya sebagai satu amalan kejahatan. Jika hamba-Ku berniat ingin melakukan kebaikan, tetapi dia tidak lagi melakukannya, maka catatkanlah sebagai satu amalan kebaikan. Jika dia melakukannya maka catatkanlah kebaikan itu sepuluh kali lipat."
Demikianlah dakwah Jumat yang singkat ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, amiin.
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia



JADI YANG PERTAMA COMMENT


Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui" Surah : Al-Baqarah 2:22