Sabtu, 15 Januari 2011

Faridu’d-Din Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim(1120-1230 A.D.)

ATTAR
Faridu’d-Din Abu Hamid
Muhammad bin Ibrahim lebih
dikenal dengan nama Attar, si
penyebar wangi.

Meskipun
sedikit yang diketahui dengan
pasti tentang hidupnya, namun
agaknya dapat dikatakan
bahwa ia dilahirkan pada
tahun 1120 Masehi dekat
Nisyapur di Persia Barat-Laut
(tempat kelahiran Omar
Khayyam). Tarikh wafatnya
tak diketahui dengan pasti,
tetapi dapat diperkirakan
sekitar tahun 1230, sehingga ia
hidup sampai usia seratus
sepuluh tahun.

Sebagian besar
dari apa yang diketahui
tentang dirinya bersifat
legendaris, juga kematiannya
di tangan seorang perajurit
Jenghis Khan. Dari catatan
kenang-kenangan pribadinya
yang tersebar di antara
tulisan-tulisannya agaknya
dapat disebutkan bahwa ia
melewatkan tiga belas tahun
dari masa mudanya di
Meshed.

Menurut Dawlatshah,
suatu hari Attar sedang duduk
dengan seorang kawannya di
muka pintu kedainya, ketika
seorang darwis datang
mendekat, singgah sebentar,
mencium bau wangi,
kemudian menarik nafas
panjang dan menangis.

Attar
mengira darwis itu berusaha
hendak membangkitkan belas
kasihan mereka, lalu
menyuruh darwis itu pergi.
Darwis itu berkata, “Baik, tak
ada satu pun yang
menghalangi aku
meninggalkan pintumu dan
mengucapkan selamat tinggal
pada dunia ini.

Apa yang
kupunyai hanyalah khirka
yang lusuh ini. Tetapi aku
sedih memikirkanmu, Attar.
Mana mungkin kau pernah
memikirkan maut dan
meninggalkan segala harta
duniawi ini ?”
Attar menjawab
bahwa ia berharap akan
mengakhiri hidupnya dalam
kemiskinan dan kepuasan
sebagai seorang darwis. “Kita
tunggu saja,” kata darwis itu,
dan segera sesudah itu ia pun
merebahkan diri dan mati.

Peristiwa ini menimbulkan
kesan yang amat dalam di hati
Attar sehingga ia
meninggalkan kedai ayahnya,
menjadi murid Syaikh Bukn-ud-
din yang terkenal, dan mulai
mempelajari sistem pemikiran
Sufi, dalam teori dan praktek.

Selama tiga puluh sembilan
tahun ia mengembara ke
berbagai negeri, belajar di
permukiman-permukiman
para syaikh dan
mengumpulkan tulisan-tulisan
para Sufi yang saleh, sekalian
dengan legenda-legenda dan
cerita-cerita.

Kemudian ia pun
kembali ke Nisyapur di mana
ia melewatkan sisa hidupnya.
Konon ia memiliki pengertian
yang lebih dalam tentang
alam pikiran Sufi dibandingkan
dengan siapa pun di
zamannya.

Ia mengarang
sekitar dua ratus ribu sajak
dan banyak karya prosa. Ia
hidup sebelum Jalal-uddin
Rumi.

Ditanya siapa yang lebih
pandai di antara keduanya itu,
seorang Sufi mengatakan,
“Rumi membubung ke puncak
kesempurnaan bagai rajawali
dalam sekejap mata; Attar
mencapai tempat itu juga
dengan merayap seperti
semut. Rumi mengatakan,
“ Attar ialah jiwa itu sendiri.”


Garcin de Tassy menuturkan
bahwa dalam tahun 1862
Nicholas Khanikoff
menemukan sebuah batu
nisan di luar Nisyapur, yang
didirikan antara tahun 1469
dan 1506 (sekitar dua ratus
lima puluh tahun sepeninggal
Attar). Di situ terukir inskripsi
dalam bahasa Parsi.
Terjemahan Tassy atas
inskripsi itu ke dalam bahasa
Perancis dapat diterjemahkan
pula sebagai berikut:

Allah Kekal
Dengan nama Allah
Yang Pengasih Yang
Pengampun

Di sini di taman Adn bawah,
Attar menebarkan wangi pada
jiwa orang-orang yang paling
sederhana. Inilah makam
seorang yang begitu mulia
sehingga debu yang terusik
kakinya akan merupakan
kollirium di mata langit;
makam syaikh Attar Farid
yang terkenal, yang menjadi
ikutan orang-orang suci;
makam penebar wangi yang
utama dengan nafasnya yang
mengharumi dunia dari Kaf ke
Kaf.

Di kedainya, sarang para
malaikat, langit bagai botol
obat semerbak dengan wangi
sitrun.

Bumi Nisyapur akan
terkenal hingga hari kiamat
karena orang yang
termasyhur ini. Tambang
emasnya terdapat di Nisyapur
sebab ia dilahirkan di Zarwand
di wilayah Gurgan.

Ia tinggal
di Nisyapur selama delapan
puluh dua tabun, dan tiga
puluh dua tahun dari waktu itu
dilewatkannya dalam
ketenangan. Dalam usia yang
sudah amat lanjut ia dikejar-
kejar pedang pasukan tentara
yang menelan segalanya.

Farid tewas di zaman Hulaku
Khan, terbunuh sebagai syahid
dalam pembantaian besar-
besaran yang terjadi ketika itu

Semoga Tuhan Yang Maha
Tinggi mempersegar jiwanya!
Tingkatkanlah, o Rabbi,
kebajikannya.
Makam orang yang mulia ini
terletak di sini dalam wilayah
pemerintahan Syah Alam, Seri
Baginda Sultan Abu Igazi
Hussein …

Selebihnya, inskripsi itu
menyatakan pujian terhadap
Sultan. Agaknya tak ada
catatan tertulis dewasa ini
tentang bagaimana, bila, dan
di mana dia meninggal dan
dikuburkan.



JADI YANG PERTAMA COMMENT


Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui" Surah : Al-Baqarah 2:22