Sabtu, 15 Januari 2011

Syekh Ibn ‘Atha’illah

Nama lengkapnya adalah
Syekh Ahmad Ibn Muhammad
ibn ‘Atha’illah as-Sakandari. Ia
lahir di Iskandariah (Mesir)
pada 648H/1250M, dan
meninggal di Kairo pada
1309M.
Julukan al-Iskandari
atau as-Sakandari merujuk
kota kelahirannya itu.
Sedari kecil, Ibn ‘Atha’illah
dikenal gemar belajar. Ia
menimba ilmu dari beberapa
syekh secara bertahap.
Gurunya yang paling dekat
adalah Abu Al-Abbas Ahmad
ibn ‘Ali al-Anshari al-Mursi,
murid dari Abu al-Hasan al-
Syadzili, pendiri tarekat al-
Syadzili.

Dalam bidang fiqih ia
menganut dan menguasai
mazhab Maliki, sedangkan di
bidang tasawuf ia termasuk
pengikut sekaligus tokoh
tarekat al-Syadzili.
Ibn ‘Athaillah tergolong ulama
yang produktif. Tak kurang
dari 20 karya yang pernah
dihasilkannya. Meliputi bidang
tasawuf, tafsir, aqidah, hadits,
nahwu, dan ushul fiqh.

Dari
beberapa karyanya itu yang
paling terkenal adalah kitab
al-Hikam. Buku ini disebut-
sebut sebagai magnum
opusnya. Kitab itu sudah
beberapa kali disyarah.
Antara lain oleh Muhammad
bin Ibrahim ibn Ibad ar Rundi,
Syaikh Ahmad Zarruq, dan
Ahmad ibn Ajiba.

Beberapa kitab lainnya yang
ditulis adalah Al-Tanwir fi
Isqath al-Tadbir, ‘Unwan at-
Taufiq fi’dab al-Thariq, miftah
al-Falah dan al-Qaul al-
Mujarrad fil al-Ism al-Mufrad.
Yang terakhir ini merupakan
tanggapan terhadap Syaikhul
Islam ibn Taimiyyah mengenai
persoalan tauhid.

Kedua
ulama besar itu memang
hidup dalam satu zaman, dan
kabarnya beberapa kali
terlibat dalam dialog yang
berkualitas tinggi dan sangat
santun. Ibn Taimiyyah adalah
sosok ulama yang tidak
menyukai praktek sufisme.
Sementara ibn ‘Athaillah dan
para pengikutnya melihat
tidak semua jalan sufisme itu
salah.

Karena mereka juga
ketat dalam urusan syari ’at.
Ibn ‘Athaillah dikenal sebagai
sosok yang dikagumi dan
bersih. Ia menjadi panutan
bagi banyak orang yang meniti
jalan menuju Tuhan. Menjadi
teladan bagi orang-orang yang
ikhlas, dan imam bagi para
juru nasihat.

Ia dikenal sebagai master atau
syaikh ketiga dalam
lingkungan tarikat Syadzili
setelah yang pendirinya Abu
al Hasan Asy Syadzili dan
penerusnya, Abu Al Abbas Al
Mursi. Dan Ibn ‘Athillah inilah
yang pertama menghimpun
ajaran-ajaran, pesan-pesan,
doa dan biografi keduanya,
sehingga khazanah tarikat
syadziliah tetap terpelihara.

Meski ia tokoh kunci di sebuah
tarikat, bukan berarti aktifitas
dan pengaruh
intelektualismenya hanya
terbatas di tarekat saja.

Buku-
buku ibn Athaillah dibaca luas
oleh kaum muslimin dari
berbagai kelompok, bersifat
lintas mazhab dan tarikat,
terutama kitab Al Hikam yang
melegenda ini.



JADI YANG PERTAMA COMMENT


Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui" Surah : Al-Baqarah 2:22